Apasihitu

Pengertianya adalah blog berbentuk magazine yang di didalamnya berisi hal hal dan tips trik menarik seputar pengertian, astronomi, sains, cinta, arkeologi, inspirasi, motivasi,tutorial photoshop, tutorial blogger, dan masih banyak lagi yang menarik dan bermanfaat lainya.

Sabtu, 21 April 2012

Kartini, Motivasi Perempuan Indonesia

Kiprah dan Semangat Perempuan Babel, Kurang
Raden Adjeng (RA) Kartini, merupakan seorang Pahlawan Nasional Indonesia sebagai pelopor perjuangan kaum perempuan, simbol persamaan gender, dan emansipasi wanita. Hari ini, Sabtu (21/4/2012), kelahiran Kartini 21 April 1879 diperingati sebagai Hari Kartini oleh kaum perempuan Indonesia.
Di Provinsi Babel, sejumlah Kartini-kartini ikut bersuara tentang emansipasi, karir dan persamaan gender. Menurut mereka perempuan harus memiliki semangat juang yang tinggi, dan harus selalu meningkatkan kemampuan dalam segala bidang, baik ilmu pengetahuan dan sikapnya seraya mengenang perjuangan Kartini untuk bisa lepas dari kungkungan lelaki.
Hj. Mina Tarmizi, Ketua Dharma Wanita Persatuan (DPW) Kabupaten Bangka setidaknya sepakat dengan harapan itu. Dalam memaknai Hari Kartini ke–133, Mina menilai saat ini minat perempuan, khususnya di Bangka masih kurang dalam meningkatkan kemampuan. Hal ini juga disebabkan berbagai faktor, diantaranya sebagian besar waktu perempuan (ibu rumah tangga) banyak dihabiskan untuk mengurus keluarga.
“Seharusnya para wanita meniru semangat Kartini, untuk terus meningkatkan kemampuan diri. Dan dimasa kini, perempuan harus turut serta dalam pembangunan. Tapi kiprah dan semangat perempuan baik di dunia pendidikan, pemerintahan dan lainnya bisa dikatakan masih kurang dibanding dengan laki–laki,” ungkapnya saat ditemui Rakyat Pos di Sekretariat DPW Kabupaten Bangka, Jum’at kemarin (20/4/2012).
Untuk itu, istri Sekda Bangka ini berharap, perempuan mau meningkatkan kemampuan diri di bidang masing–masing. “Perempuan itu pada dasarnya rajin dan mau mengembangkan diri. Namun kurang bisa membagi waktu, dimana harus mengurus keluarga, ada yang mahasiswa dan ada yang juga menjadi pegawai. Kuncinya bisa membagi waktu, kalau tidak perempuan akan tenggelam dan ketinggalan dengan kaum adam,” ujarnya.
Mina yang juga menjabat Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kabupaten Bangka ini menuturkan, dalam memperingati Hari Kartini ke – 133, GOW mengadakan lomba memakai jilbab.
“Lomba memakai jilbab dipilih karena Kartini dulu memakai sanggul, trend saat ini ibu–ibu dan remaja perempuan adalah memakai jilbab, jadi kita adakan lomba itu. Temanya yaitu melalui HUT Kartini ke–133, kita aplikasikan jiwa dan semangat Kartini dalam kehidupan nyata. Tema ini mengingatkan kita bahwa Kartini bukan hanya dongeng, bukan hanya sejarah jadi kita seharusnya menerapkan semangat juangnya dalam pembangunan dan kesetaraan perempuan,” tandasnya.
Pendapat serupa dikatakan Ketua DPW Dharma Wanita Bangka Belitung, Tuti Imam Mardi Nugroho. Ia menuturkan, kaum perempuan masa kini harus memperjuangkan kesetaraan gender secara terus menerus, tanpa melupakan kodratnya sebagai perempuan.
Dalam hal ini, kaum perempuan khususnya yang telah berumah tangga harus pandai mengatur waktu untuk pribadi, pekerjaan dan keluarga, agar menjadi perempuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi semua.
Kartini di jajaran kepolisian berpendapat lain lagi. Inspektur Dua Ayu Kesuma Ningrum, Kaur Bin Ops Satlantas Polres Pangkalpinang mengaku mengagumi sosok Ibu Kartini, tokoh yang memperjuangkan hak-hak perempuan. Namun diakui pula saat ini, wajah-wajah Kartini sulit dicari.
“Sosok perempuan saat ini banyak yang menyalahgunakan kodrat. Perempuan hendaknya dapat memilah dari sisi positifnya dan mengerti kondisi ia berada. Ibu Kartini, sosok yang memotivasi para perempuan Indonesia. Sebagai perempuan, memang hendaknya juga turut andil dalam pembangunan Indonesia, tanpa melupakan kodratnya sebagai perempuan,” tukasnya.
Polisi perempuan kelahiran Pangkalpinang, 1 Agustus 1988 ini berharap, kaum perempuan dapat menjaga kehormatan baik dalam bergaul, berpakaian serta bertutur kata.
“Aktivitas yang padat di Polres Pangkalpinang, saya merasa tidak terbebani, karena saya belum menikah. Saya merasa senang menjalani aktivitas ini, karena saya sangat menyukai tantangan. Kepada Polwan di Bangka Belitung, saya berharap agar kita selalu kompak dalam menjalankan aktivitas. Untuk perempuan di Bangka Belitung, saya menghimbau, dengan Hari Kartini ini agar bersama-sama menjaga kehormatan perempuan baik itu bergaul, berpakaian serta bertutur kata,” ujar anak kedua dari dua bersaudara ini.
Perempuan politisi yang ada di DPRD Kabupaten Bangka Tengah, Mehoa lain lagi pendapatnya. Politisi PDI Perjuangan itu sangat berharap kaum perempuan untuk berperan aktif dalam dunia perpolitikan yang tentunya berujung positif di tahun 2012 ini dan seterusnya, baik di Bangka Tengah maupun di Babel.
“Mudah-mudahan kedepan ilmu pengetahuan yang positif ini akan lebih maju. Seperti sekarang, kaum perempuan tidak malu lagi bertanya tentang program pemerintah dibandingkan zaman dulu malah banyak malunya ketimbang bertanya artinya sudah ada perkembangan. Kalau informasi dari yang kita yang mungkin lebih dulu mengetahui tentang dunia perpolitikan, maka akan kita sampaikan kepada yang belum tahu, sehingga kita sama-sama tahu,” ungkapnya.
Mehoa berharap, agar perempuan-perempuan khususnya di Bateng dan Babel tetap optimis untuk memperjuangkan hak-hak perempuan.
Sebagai salah satu perempuan yang duduk di dewan, Mehoa berkeinginan bisa memberi peran yang baik dan ingin sekali menjadi Kartini era sekarang.
Politisi perempuan lainnya, Debi Virga Shari anggota DPRD Kabupaten Belitung memaknai peran wania zaman sekarang bukan hanya harus bisa memasak di dapur saja. Perempuan menurutnya juga harus mengambil peran dalam pembangunan bangsa dan negara. Perumpuan juga bukan berada di depan atau bahkan di belakang laki-laki. Tapi perempuan berada disamping pria seiring sejalan dalam memainkan peranannya.
“Merupakan suatu anggapan yang salah jika ada pemikitran kuno yang mengatakan perempuan tidak usah sekolah tinggi-tinggi kalau pada akhirnya hanya akan memasak di dapur. Saat ini paradigma itu harus segera dihilangkan, perempuan harus bisa menjadi motor pembangun dimulai dari lingkungan terkecilnya yaitu keluarga. Seorang istri bukan hanya bisa mengurus anak dan masak di dapur, tapi juga membantu suami dalam mencari nafkah atau menjadi penyemangat dan pendamping suami dalam mengarungi bahtera rumah tangga,” katanya mantap.

Berlangganan via email

Related Posts :

 
Back To Top