Pelaku bom Boston diperkirakan berencana untuk melakukan serangan lain, demikian penjelasan komisioner kepolisian Boston.
Komisioner Ed Davis kepada CBS News mengatakan bahwa Dzhokhar dan Tamerlan Tsarnaev membawa bom rakitan dan granat yang dilemparkan ke polisi saat mereka terdesak.
"Itu adalah keyakinan saya pribadi.''Berbicara dalam program CBS Face The Nation, Davis mengatakan: ''Kami memiliki alasan untuk meyakini, berdasarkan bukti yang ditemukan di lokasi - ledakan, senjata peledak yang belum diledakkan dan senjata lainnya yang mereka miliki - bahwa mereka berencana menyerang lagi.''
Dia mengatakan bahwa ada lebih 250 butir amunisi ditemukan di lokasi penggerebekan, dan lokasi tersebut ''dipenuhi dengan perangkat ledak rakitan yang belum meledak''.
Perangkat ledak rakitan lainnya ditemukan di sebuah mobil yang dibajak oleh kedua bersaudara tersebut.
Petugas sekarang mencoba untuk menelusuri asal senjata tersebut, katanya, seraya menambahkan bahwa ini bisa menjadi sebuah ''bagian penting dalam penyelidikan''.
Saat ini sebuah tim interogasi AS tengah menunggu waktu untuk menginterogasi Dzhokhar Tsarnaev, yang saat ini dalam kondisi luka serius di rumah sakit.
Sementara kakak lelakinya tewas saat baku tembak dengan polisi Kamis malam lalu.
Dua perempuan dan seorang bocah lelaki delapan tahun menjadi korban tewas dalam serangan bom yang dilakukan dua bersaudara tersebut.
Seorang polisi tewas dan seorang petugas transportasi tertembak di pahanya saat operasi pengejaran berlangsung.
Dokter yang menangani petugas transportasi tersebut, Richard Donohue, mengatakan bahwa dia dalam kondisi stabil meski masih dalam kondisi kritis.
Kami memiliki alasan untuk meyakini, berdasarkan bukti yang ditemukan di lokasi, mereka berencana menyerang lagi."
Ed Davis
'Tidak bisa bicara'
Dzhokhar Tsarnaev lolos saat baku tembak dengan polisi, tetapi kemudian dia ditangkap Jumat saat ditemukan dalam keadaan luka serius dan bersembunyi di sebuah perahu di pinggir kota.
Saat ini dia dijaga dengan penjagaan bersenjata lengkap di Rumah Sakit Beth Israel Deaconess Memorial, dimana banyaka korban ledakan bom juga dirawat, dia dalam kondisi dibius berat dan bernafas melalui selang dari tenggorokan.
Tim khusus interogasi tersangka teroris saat ini tengah menunggu untuk bertanya kepadanya dengan harapan dia akan memberi sejumlah petunjuk terkait motif serangan dan apakah mereka mendapat bantuan dari luar.
Tetapi saat ini dia belum bisa berbicara dan Walikota Boston Tom Menino kepada ABC News mengatakan: "Kami tidak tahu apakah dia akan mampu untuk menjawab pertanyaan.''
Jaksa belum bisa memastikan dakwaan apa yang mungkin akan dihadapi remaja tersebut.
Dakwaan federal atas penggunaan senjata perusak massal untuk membunuh orang bisa terancama hukuman mati, tetapi tidak ada hukuman mati di negara bagian Massachusetts.
Dzhokhar Tsarnaev ditangkap dalam kondisi terluka parah.
Cuci otak
Dua bom yang diletakkan di dalam panci presto dengan pecahan besi dan gotri disembunyikan di dalam tas punggung - meledak ditengah-tengah keramaian orang yang berkumpul dekat garis akhir Maraton Boston, Minggu sore, menewaskan tiga orang.
Lebih dari 170 orang terluka, 50 diantaranya masih dirawat di rumah sakit, tiga dalam keadaan kritis.
Tom Menino mengatakan bukti mengindikasikan bahwa pasangan bersaudara ini bertindak sendiri, tetapi sang kakak Tamerlan Tsarnaev, 26, telah ''mencuci otak adinya'' untuk melakukan serangan.
Gubernur Massachusetts, Deval Patrick, mengatakan potongan video pengawasan menunjukkan Dzhokar Tsarnaev berada di lokasi ledakan pertama.
"Terlihat dengan cukup jelas bahwa tersangka ini melepas tas punggungnya, menaruh ke bawah, tidak bereaksi saat ledakan pertama terjadi dan kemudian menjauh dari tas punggung saat ledakan kedua berlangsung,'' katanya kepada NBC News, menambahkan bahwa dia mendapat penjelasan video dari pejabat keamanan.
"Cukup jelas tentang keterlibatannya dan cukup menakutkan, sejujurnya,'' katanya.
Gubernur Patrick mengharapkan Dzhokhar Tsarnaev bisa selamat ''karena kami memiliki jutaan pertanyaan, dan pertanyaan tersebut butuh jawaban.''
Tsarnaev bersaudara berasal dari Checnya yang telah tinggal di Amerika sekitar satu dekade.
Salah satu pertanyaan kunci terkait motif serangan adalah enam bulan perjalanan yang dilakukan Tamerlan Tsarnaev ke Dagestan pada tahun 2012.
FBI pernah menginterogasi Tamerlan Tsarnaev pada 2011 setelah ada permintaan dari pemerintah asing, pejabat penegakan hukum AS telah mengkonfirmasi hal ini.
Tetapi kasus tersebut ditutup setelah tidak ditemukan adanya alasan untuk dikhawatirkan.
Dagestan selama ini dikenal sebagi kawasan pemberontak Islamis, tetapi kelompok militan di kawasan tersebut, Mujahidin Kaukus Emirate Provinsi Dagestan, membantah keterkaitan mereka dengan serangan Boston, dengan mengatakan mereka tidak bertempur dengan AS tetapi dengan Rusia dan tidak menyerang warga sipil.
Sejumlah anggota keluarga Tsarnaev mengecam dan tidak mengakui kedua bersaudara, tetapi orang tua mereka bersikeras bahwa anak mereka diperangkap.
Pelari Maraton Kini Tak Berkaki
Dua bom mengguncang kerumunan penonton di garis finish lomba maraton Boston, Senin 15 April 2013 waktu setempat. Bom ini menewaskan tiga orang, melukai lebih dari 100 orang, dan membuat sejumlah orang harus kehilangan kakinya. Gedung Putih menyatakan ledakan ini sebagai “aksi teror.”
Seperti dilansir Reuters, para pelari maraton Boston sedang berlari menuju garis finish ketika suara ledakan mengoyak keramaian. Bola api dan asap tiba-tiba membubung di antara keriuhan penonton dan deretan bendera negara peserta lomba maraton itu.
Kegembiraan penonton menyambut peserta lomba, berganti menjadi teriakan dan kepanikan. “Saya melihat orang yang kakinya terkena ledakan. Banyak darah berceceran di kakinya. Lalu, orang-orang didorong dengan kursi roda,” kata Joe Anderson (33 tahun), seorang nelayan dari Pembroke, Massachusetts, yang mengikuti lomba maraton itu.
Seorang polisi negara Rhode Island, Roupen Bastajian, mengatakan kepada The New York Times, bagian-bagian tubuh manusia berserakan di lokasi ledakan. “Para pelari maraton ini baru saja menyelesaikan lomba, dan mereka tidak punya kaki sekarang. Banyak sekali orang tanpa kaki. Darah di mana-mana. Kami melihat tulang, serpihan daging. Menjijikkan. Ini seperti zona perang,” kata Bastajian.
Dailymail melaporkan, total ada tujuh bom yang ditemukan di seantero Boston, namun yang meledak dua. Hotel-hotel di Boston pun disisir usai ledakan di lokasi maraton. Kepolisian Boston kini meningkatkan status keamanan mereka ke level dua, dari tiga yang tertinggi.
Seperti dilansir Reuters, para pelari maraton Boston sedang berlari menuju garis finish ketika suara ledakan mengoyak keramaian. Bola api dan asap tiba-tiba membubung di antara keriuhan penonton dan deretan bendera negara peserta lomba maraton itu.
Kegembiraan penonton menyambut peserta lomba, berganti menjadi teriakan dan kepanikan. “Saya melihat orang yang kakinya terkena ledakan. Banyak darah berceceran di kakinya. Lalu, orang-orang didorong dengan kursi roda,” kata Joe Anderson (33 tahun), seorang nelayan dari Pembroke, Massachusetts, yang mengikuti lomba maraton itu.
Seorang polisi negara Rhode Island, Roupen Bastajian, mengatakan kepada The New York Times, bagian-bagian tubuh manusia berserakan di lokasi ledakan. “Para pelari maraton ini baru saja menyelesaikan lomba, dan mereka tidak punya kaki sekarang. Banyak sekali orang tanpa kaki. Darah di mana-mana. Kami melihat tulang, serpihan daging. Menjijikkan. Ini seperti zona perang,” kata Bastajian.
Dailymail melaporkan, total ada tujuh bom yang ditemukan di seantero Boston, namun yang meledak dua. Hotel-hotel di Boston pun disisir usai ledakan di lokasi maraton. Kepolisian Boston kini meningkatkan status keamanan mereka ke level dua, dari tiga yang tertinggi.