Keberhasilan Neil Armstrong untuk mendarat di Bulan memang menjadi momentum tak terlupakan yang terus diperbincangkan sampai hari ini. Bahkan ada yang memperbincangkannya sebagai sebuah perdebatan apakah itu benar terjadi dan sebagian besar masyarakat mengira hanya Neil Armstrong, Buzz Aldrin dan Michael Collins saja yang pernah sampai di Bulan sehingga memicu pertanyaan mengapa tidak ada lagi manusia di Bulan setelah mereka.
Pada kenyataannya pendaratan di Bulan tidak hanya sekali ketika misi Apollo 11 berhasil mendarat di Bulan pada tanggal 16 Juli 1969. Setelah misi Apollo 11, masih ada 6 misi berawak dalam misi Apollo (Apollo 12 – Apollo 17) yang diberangkatkan ke Bulan.
Semua misi Apollo setelah Apollo 11 kecuali misi Apollo 13 berhasil mendaratkan manusia di berbagai area di Bulan dan membawa pulang contoh batuan seperti halnya Apollo 11.
Misi Apollo 13 pada tahun 1970 mengalami kegagalan dalam perjalanan ke Bulan akibat terjadinya ledakan tanki oksigen yang melumpuhkan propulsi wahana antariksa termasuk juga melumpuhkan pendukung kehidupan di wahana tersebut. Para astronot yang ikut dalam misi tersebut kemudian menggunakan Lunar Module sebagai “sekoci” untuk menggantikan fungsi yang lumpuh tersebut agar dapat kembali ke Bumi.
Tercatat ada 12 orang yang sudah mendarat di Bulan. Dalam setiap misi ada 3 awak yang diberangkatkan namun dalam setiap pendaratan hanya 2 awak yang menjejakkan kakinya di Bulan sedangkan 1 awak lainnya tetap berada di Wahana Antariksa yang terus mengorbit Bulan.
Keberhasilan misi Apollo 11 mendarat di Bulan untuk pertama kalinya. diawali dengan misi-misi uji coba lainnya.
Misi ke Bulan memang memiliki kaitan politis yang erat dalam hal persaingan Uni Soviet dan Amerika Serikat. Penjelajahan ke Bulan ditandai dengan suksesnya impactor Luna 2 milik Uni Soviet tiba di Bulan pada tanggal 14 September 1959 dan menabrak permukaan Bulan. Sebelum Luna 2 sudah ada 5 impactor Luna milik Uni Soviet dan 5 orbiter Pioneer milik NASA yang mengalami kegagalan.
Untuk misi berawak sebelum suksesnya misi Apollo 11, NASA juga melakukan berkali-kali uji coba dengan mengirimkan orbiter maupun misi tanpa awak sebagai langkah awal sebelum mendaratkan manusia di Bulan. Enam misi tanpa awak terkait misi Apollo diberangkatkan dari tahun 1966 – 1968, disusul oleh misi berawak yang dimulai dalam misi Apollo 7 untuk mengorbitkan manusia di Bumi, kemudian misi Apollo 8 menjadi misi pertama manusia terbang ke Bulan. Misi berawak yang sukses mendaratkan manusia di Bulan baru sukses pada misi Apollo 11 yang mendaratkan Neil Armstrong dan Buzz Aldrin di Sea of Tranquility, Bulan. Dan misi Apollo 17 yang merupakan misi berawak terakhir juga menandai keberadaan geologist di Bulan untuk pertama kalinya.
Sejak itu misi berawak ke Bulan tidak lagi dilakukan karena masalah pendanaan yang jauh lebih besar dibanding misi tanpa awak yang mampu melakukan tugas yang sama. Tapi mimpi dan harapan untuk kembali ke Bulan selalu ada. Di era modern, NASA bukan satu-satunya yang ingin kembali ke Bulan. Tercatat negara-negara seperti India, China, Uni Eropa, Jepang, Iran dan Rusia juga mempersiapkan misi berawaknya ke Bulan untuk tahun 2015 – 2027.
Impactor dan Orbiter ke Bulan masih terus dikirim dan sekarang tidak hanya Amerika melainkan dari China, India, dan Jepang. Tercatat, Korea Selatan juga sedang mempersiapkan misi mereka ke Bulan. Sedangkan misi ke Bulan yang dibatalkan juga ada sebagai akibat dari tidak adanya dana ataupun dana yang ditolak oleh kongres.
Jadi dinamika mengirimkan misi berawak ke Bulan sebenarnya bukan pada teknologi tapi pada dana yang bersedia dikucurkan oleh sebuah negara untuk mengirimkan misinya. Dan kalau ada yang bertanya bukankah negara-negara yang mempersiapkan misi itu kaya, mengapa dana bisa tidak ada? Ini juga bukan sekedar persoalan ada uang atau tidak tapi lebih kepada prioritas sebuah negara dalam hal penggunaan dana.
Contohnya tidak mungkin Indonesia meski misalnya punya uang sangat banyak kemudian lebih memilih membangun misi ke Bulan dan malah menelantarkan jutaan penduduknya yang kelaparan. Hal yang sama juga terjadi pada negara-negara yang sedang mengembangkan misi antariksa. Memilih antara misi berawak atau tidak berawak dengan hasil yang sama tapi dana pengadaaan satu misi berawak bisa dipakai untuk beberapa misi tanpa awak. Kemudian dalam skala si pemberi dana, negara pun akan berpikir apakah misi antariksa menjadi fokus utama ataukah persoalan ekonomi, keamanan dll.